Selasa, 16 Desember 2014

Hasil Survei, 75 Persen Wanita Anggap Ponsel Sebagai 'Orang Ketiga'


Jakarta, CNN Indonesia -- Terlalu sering menggunakan ponsel dipercaya dapat merusak hubungan. Bahkan ada survei yang menunjukkan bahwa 75 persen wanita menganggap ponsel sebagai orang ketiga.

Survei tersebut dilakukan Brandon McDaniel dari Universitas Negeri Pennsylvania, dan Sarah Coyne dari Brigman Young University, Utah. Survei ini diikuti oleh 143 responden perempuan yang sebagian besar ternyata mengaku terganggu dengan pemakaian ponsel pintar yang berlebihan.
Sementara 62 persennya mengakui ponsel pintar mengurangi waktu yang mereka habiskan saat sedang berduaan, dan sepertiganya mengaku pasangan lelakinya sibuk mengecek ponsel pintar saat mereka sedang berbicara.

Lalu seperempatnya mengatakan pasangannya tertangkap sedang mengetik pesan saat sedang mengobrol tatap muka. Seperti dikutip dari Daily Mail, Selasa (16/12).

Dinamai "technoference" oleh peneliti, hal sama juga diakui oleh para psikolog yang mengklaim semakin banyak orang merasa harus 'berperang' dengan ponsel pintar milik pasangannya layaknya orang ketiga.

"Fenomena ini seperti proses melingkar di mana orang-orang terjebak saat membiarkan teknologi masuk tanpa sadar sudah mengganggu hubungan yang bisa timbulkan konflik dan mengurangi kualitas hubungan mereka sendiri," ujar McDaniel.

Ia juga menerangkan bahwa seiring berjalannya waktu, tiap individu akan semakin kurang puas dengan hubungan dan hidup mereka sendiri, walaupun mereka tidak langsung menyadarinya.

"Pembiaran teknologi yang mengganggu percakapan dan waktu kualitas dengan pasangan ini bisa bikin individu menyimpulkan pesan implisit tentang hal mana yang mereka lebih hargai, dan tentunya bisa mengarah ke konflik dalam hubungan," lanjut McDaniel.

Penelitian ini telah dipublikasikan di jurnal Psychology of Popular Media Culture.

Sebelumnya pada 2013 lalu, studi dari Brigman Young University mengungkapkan percakapan serius dan permintaan maaf dalam suatu hubungan yang dilakukan melalui pesan teks sifatnya lebih bahaya.
By CNN Indonesia


http://www.cnnindonesia.com/teknologi/20141216163241-185-18525/75-persen-wanita-anggap-ponsel-sebagai-orang-ketiga/

Sabtu, 13 September 2014

Kenapa Penolakan Rasanya Sakit ?

Masih ingat rasa nyeri di dada ketika ditolak orang yang Anda idamkan? Atau rasa hampa yang menyesakkan ketika pasangan mendadak memutuskan Anda? Atau mungkin rasa teriris ketika si dia berkata, “Maaf, kamu terlalu baik untuk aku!” ?
Rasa sakit seperti itu akan teringant jelas, apalagi kejadian itu baru terjadi beberapa hari yang lalu misalnya. Penolakan terasa seperti seseorang meninju perut bertubi-tubi, sampai saya terjatuh lemah kesakitan dan sesak napas berhari-hari.

Jadi apa yang membuat penolakan, baik diucapkan atau dituliskan, bisa terasa begitu nyata menyakitkan? Mengapa kata-kata yang tidak kasat mata itu mempunyai kekuatan untuk menusuk dada hingga perih, memukul kepala hingga pening, dan membuat ngilu setiap otot, tulang, dan sendi tubuh kita?
Jawabannya sederhana: karena area otak kita yang mencerna penolakan ternyata merupakan area otak yang sama ketika mencerna rasa sakit fisik. Ethan Kross, psikolog sosial dariUniversity of Michigan, menemukan bahwa ketumpahan kopi panas dan ditinggalkan orang yang disayangi adalah dua jenis rasa sakit yang berbeda, namun sama-sama diproses oleh area otak yang bernama somatosensory cortex dan dorsal posterior insula.

Otak kita tidak ingin membedakan antara rasa sakit fisik maupun rasa sakit emosional. Bagi otak, penolakan sama ‘memukulnya’ seperti pukulan fisik ke tubuh Anda. Sialnya lagi adalah kalaupun sedang tidak ditolak, Anda tetap bisa merasakan pukulan sesak itu lagi bila mengingat-ingat penolakan di masa lalu ataupun melihat orang lain yang sedang mengalaminya.
Kebanyakan orang merasakannya penolakan dalam bentuk tekanan nyeri di bagian tubuh atas. Itu ulah hormoncortisol dan adrenaline yang membanjiri tubuh, membuat dada berdebar-debar sesak karena jantung memompa lebih cepat (bahkan kadang jadi tidak teratur), meningkatkan tekanan darah hingga kepala terasa pening dan leher tegang. Sedemikian nyatanya rasa sakit penolakan sosial, sampai ada kondisi medis yang dinamakanTakotsuba Syndrome alias Broken Heart Syndrome yang secara gejala amat sangat menyerupai rasa serangan jantung.

Selain itu, kita juga biasanya merasa lemas, mual, kedinginan, ngilu-ngilu seperti flu. Ini akibat banyaknya cortisol yang menghabiskan sistem kekebalan tubuh, sehingga tubuh Anda jadi lebih lemah terhadap serangan bakteri dan virus. Pada saat yang sama kehadiran hormon tersebut juga mengurangi aliran darah ke sistem pencernaan, sehingga Anda kehilangan nafsu makan dan mengalami gangguan pencernaan lainnya yang membuat Anda makin kehilangan energi dan mempengaruhi seluruh tubuh. Alhasil, penolakan membuat Anda benar-benar merasa tersakiti dan terpukul hancur.

Jika terbiasa berpikir kritis, Anda sekarang akan bertanya seperti ini, “Lalu kenapa sih otak didesain seperti itu? Kenapa penolakan sosial mesti diproses menjadi rasa sakit? Kenapa tidak diproses jadi rasa lain, seperti ngantuk, atau gatal, atau kembung?”
Jawabannya bisa ditelusuri dalam penelitian Naomi Eisenberger di Social and Affective Neuroscience Laboratory. Sebagai mamalia, kita terlahir dengan kemampuan membela diri yang relatif terbatas sehingga kita memerlukan manusia-manusia lain yang menolong dan merawat. Ikatan sosial menjadi kebutuhan yang krusial, karena kesendirian berpotensi menurunkan keberlangsungan hidup. Itu sebabnya dalam proses evolusi, keterpisahan dan penolakan sosial tercetak di otak sebagai rasa sakit agar manusia selalu terdorong untuk memelihara hubungan satu sama lain.

Kajian psikologi evolusi menyatakan bahwa dalam tubuh kita terkandung kode genetik yang berisi pelajaran dan pengalaman nenek moyang manusia ribuan tahun yang lalu. Jadi semua manusia merasakan sakit ketika ditolak atau dipisah, karena ribuan tahun yang lalu keterpisahan akan membuat manusia jadi lebih tidak berdaya menghadapi ancaman alam. Otak membuat penolakan terasa sakit supaya Anda dan saya jadi lebih menghargai hubungan sosial dan lebih termotivasi mengusahakan kebersamaan.
Bayangkan apa yang terjadi jika otak memproses penolakan dan perpisahan sebagai rasa ngantuk, gatal, kembung, atau lainnya? Kita pasti jadi biasa saja dengan penolakan, tidak menakutinya, bahkan cenderung masa bodo sehingga tidak merasa perlu untuk berhubungan.

Penolakan harus dibuat (sebagai ganjaran yang) menyakitkan agar kita mau berusaha keras untuk menciptakan penerimaan dan menjaga keharmonisan. Otak Anda tidak memberikan rasa sakit dari penolakan supaya Anda jadi trauma, takut jatuh cinta, dan enggan menjalin hubungan cinta. Justru sebaliknya, otak menggunakan penolakan untuk memotivasi perbaikan diri, sama seperti rasa lapar memotivasi Anda untuk makan.

#KelasCinta
Image by gosipcerita.wordpress.com

Jumat, 18 April 2014

Di Mana Ada Kedamaian Sejati ?

Seorang Raja mengadakan sayembara dan akan memberi hadiah yang melimpah kepada siapa saja yang bisa melukis tentang kedamaian. Ada banyak seniman dan pelukis berusaha keras untuk memenangkan lomba tersebut. Sang Raja berkeliling melihat-lihat hasil karya mereka. Hanya ada dua buah lukisan yang benar-benar paling disukainya. Tapi, sang Raja harus memilih satu diantara keduanya.

Lukisan pertama menggambarkan sebuah telaga yang tenang. Permukaan telaga yang itu bagaikan cermin sempurna yang mematulkan kedamaian gunung-gunung yang tenang menjulang mengitarinya. Di atasnya terpampang langit biru dengan awan putih berarak-arak. Semua yang memandang lukisan ini akan berpendapat, inilah lukisan terbaik mengenai kedamaian.

Lukisan kedua menggambarkan pegunungan juga. Namun tampak kasar dan gundul. Di atasnya terlukis langit yang gelap dan merah menandakan turunnya hujan badai, sedangkan tampak kilat menyambar-nyambar liar. Disisi gunung ada air terjun deras yang berbuih-buih, sama sekali tidak menampakkan ketenangan dan kedamaian. Tapi, sang raja melihat sesuatu yang menarik, di balik air terjun itu tumbuh semak-semak kecil diatas sela-sela batu. Didalam semak-semak itu seekor induk burung pipit meletakkan sarangnya. Jadi, ditengah-tengah riuh rendahnya air terjun, seekor induk Pipit sedang mengerami telurnya dengan damai. Benar-benar damai.

Lukisan manakah yang memenangkan lomba?
Sang Raja memilih lukisan nomor dua.

Tahukah Anda mengapa? karena jawab sang Raja, “Kedamaian bukan berarti Anda harus berada di tempat yang tanpa keributan, kesulitan atau pekerjaan yang keras dan sibuk. Kedamaian adalah hati yang tenang dan damai, meski Anda berada di tengah-tengah keributan luar biasa.”

“Kedamaian hati adalah kedamaian sejati.”

Faktor Eksternal Perusahaan


Lingkungan eksternal sebuah organisasi atau perusahaan sangat luas dan memiliki berbagai faktor yang turut mendukung. Sehingga sangat tidak mungkin seorang ahli strategi hanya mempelajari sebagian kecilnya saja. Karena, jika tidak mempelajari secara keseluruhan maka pembuatan strategi tidak akan sesuai dengan apa yang diharapkan. Lingkungan eksternal dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian besar antara lain yaitu lingkungan umum dan lingkungan industry.

v  LINGKUNGAN UMUM 

Lingkungan umum adalah sekumpulan elemen-elemen dalam masyarakat yang lebih luas yang mempengaruhi suatu industri dan perusahaan-perusahaan yang ada di dalamnya. Secara lebih lanjut lingkungan umum/eksternal terbagi menjadi 2 pokok bagian lagi yaitu:

a.    Lingkungan Eksternal Jauh

Dikatakan jauh karena faktor-faktor eksternal tersebut bersumber dari luar organisasi dan biasanya timbul terlepas dari situasi operasional yang dihadapi oleh perusahaan yang bersangkutan akan tetapi mempunyai dampak pada proses manajerial dan operasional dalam organisasi (perusahaan). Faktor-faktor tersebut antara lain:

1)    Pertimbangan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi di dunia selalu berbanding lurus dengan perubahan lingkungan. Terkadang ada pihak yang ingin meningkatkan mutu hidup manusia dengan memperbanyak perusahaan dan di lain pihak ada yang ingin melestarikan lingkungan. Sehingga sering terjadi perbedaan pendapat di antara kedua belah pihak yang menyebabkan proses produksi terhenti.

2)    Faktor-faktor politik.
Maksud dari faktor politik ini adalah jika disuatu daerah atau negara sedang mengalami permasalahan yang mengganggu perekonomian maka perusahan akan memikirkan cara yang tepat dalam memasarkan produknya.

3)    Faktor-faktor sosial.
Setiap daerah di suatu negara contohnya Indonesia memiliki tingkat sosial yang berbeda menyebabkan kebutuhan diantara mereka sangat berbeda. Sehingga perusahaan harus bisa menciptakan suatu barang atau jasa yang mampu memberikan manfaat ke semua golongan demi mendapatkan keuntungan yang besar.

4)    Faktor teknologi.
Faktor ini berpengaruh terhadap manajemen strategi karena dengan teknologi perusahaan akan lebih terbantu baik dari segi pelayanan, pemasaran, dan produksi. Kemudian konsumen akan lebih percaya terhadap perusahaan yang telah memiliki teknologi yang baik karena mutu yang ditawarkan lebih terjamin.

b.    Lingkungan Eksternal Dekat

Lingkungan eksternal dekat memiliki dampak langsung pada operasionalisasi berbagai strategi dan kebijaksanaan suatu perusahaan baik dari suasana kompetitif, peluang, khususnya perolehan sumber dana. Bedanya dengan lingkungan eksternal jauh adalah faktor-faktor lingkungan eksternal dekat pada umumnya dapat dikendalikan, atau paling sedikit dipengaruhi oleh organisasi/perusahaan yang bersangkutan. Faktor-faktor tersebut antara lain :
1)   Kedudukan kompetitif perusahaan.
Dalam kondisi dan iklim persaingan suatu perusahaan perlu melakukan analisis terhadap kedudukannya baik dari segi kelemahan, keunggulan perusahaan sendiri maupun perusahaan saingan. Dengan mengetahui kedudukannya para perumus strategi diharapkan dapat mengambil langkah-langkah yang memungkinkan memanfaatkan peluang yang timbul dalam kondisi yang dihadapi.

2)   Profil para pelanggan.
Suatu perusahaan yang menghasilkan barang atau jasa berupaya menghasilkan produk yang diminati oleh sekelompok masyarakat. Tetapi karena faktor-faktor tertentu, minat masyarakat berbeda dari yang dipikirkan perusahaan. oleh sebab itu perusahaan harus mengetahui dan mempelajari faktor penyebabnya. Faktor-faktor tersebut seperti Geografi (letak wilayah), Demografi (struktur sosial), dan Psikografi (kejiwaan pelanggan).

3)   Perilaku pembeli
Manusia sebagai pembeli produk terttentu pasti menggunakan berbagai pertimbangan dalam membeli atau tidak membeli produk tertentu. Baik dari segi harga, manfaat barang, kualitas, mutu dan pelayanan yang ditawarkan produsen. Yang jelas perilaku pembeli tidak pernah konsisten sehingga profil para pembeli dan calon pembeli perlu dikenali dengan baik.

4)   Faktor pemasok
Posisi pemasok ini perlu dikenali dengan baik karena banyak mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan satu sektor produksi, khususnya sektor dimana satu perusahaan itu bergerak. Pemasok ini bukan hanya berkaitan kepada bahan mentah tetapi juga dengan peralatan, pelayanan dan dukungan finansial. Apabila perusahaan tersebut memelihara keserasiannya maka sebagai usahawan akan mendapatkan kemudahan untuk memenuhi kebutuhannya.

5)   Faktor penyandang dana
Secara penglihatan dasar suatu perusahaan atau organisasi tidak akan berdiri dan berkembang apabila perusahaan tersebut tidak memiliki pihak-pihak yang memberikan dana secara berkesinambungan. Apabila dana yang masuk ke dalam perusahaan terhambat maka akan menyebabkan proses kegiatan produksi terhenti. Untuk menghindari hal itu terjadi maka suatu perusahaan harus memiliki cara yang tepat agar dana yang ada di dalam perusahaan tersebut stabil.

6)   Situasi pasaran kerja sebagai faktor lingkungan.
Sumber daya manusia merupakan unsur terpenting dan paling menentukan dalam berhasil tidaknya suatu organisasi/perusahaan. betapapun pentingnya perhatian yang harus diberikan kepada unsur lain seperti modal, peralatan, mesin, metode kerja, bahan mentah, dan bahan baku perhatian terbesar tetap harus diberikan kepada unsur manusia. Semua proses manajemen sumber daya manusia harus ditempuh secara benar dan tepat yang kesemuannya berangkat dari pengakuan dan penghargaan atas harkat dan martabat manusia. Manajemen sumber daya manusia menyangkut perencanaan ketenagakerjaan, penciptaan dan pemeliharaan sistem informasi manusia, rekrutmen, seleksi, orientasi dan penempatan, sistem imbalan, pendidikan dan pelatihan, perencanaan dan pengembangan karier, pemutusan hubungan kerja, pemeliharaan hubungan industrial dan pemensiunan.

v  LINGKUNGAN INDUSTRI

Industri adalah kelompok perusahaan-perusahaan yang memproduksi barang atau jasa serupa. Menurut Michael E. Porter hal-hal yang harus dilihat atau menjadi dasar analisis  adalah sebagai berikut:

a.    Ancaman Pelaku Bisnis
Bila suatu perusahaan masuk ke dalam sebuah industri, maka secara otomatis perusahaan yang sudah ada akan terancam, karena ada kapasitas baru yang bertambah serta kemungkinan digerogotinya pangsa pasar yang ada dan akan membuat tambahan permintaan pasokan atas sumber daya seperti SDM, ataupun bahan baku. Semua ini akan menggangu perusahaan-perusahaan yang sudah ada terlebih dahulu di dalam industri.

b.    Ancaman Produk Substitusi
Persaingan yang harus dihadapi oleh sebuah perusahaan, bukanlah kepada perusahaan yang memiliki produk yang persis sama. Sering kali perusahaan harus berhadapan dengan perusahaan-perusahaan yang produknya merupakan substitusi dari produk perusahaan pertama. Seperti juga kita lihat pada ancaman produk baru, ancaman produk substitsi juga memiliki beberapa kondisi. Misalnya: skala ekonomis, Switching cost, akses ke saluran distribusi.

c.    Daya Tawar-Menawar Pembeli
Pembeli yang memiliki daya tawar-menawar yang tinggi, dapat mengancam daya saing perusahaan. pembeli ini biasanya bisa memaksa perusahaan untuk menurunkan hagaatau menuntut meningkatkan kualitas produk/jasa dan lain-lain. Kondisi yang menentukan daya tawar pembeli menjadi tinggi antara lain:
a.    Membeli dalam jumlah besar.
b.    Produk yang dibeli adalah standar.
c.    Switching cost
d.    Produk dari industri kurang begitu penting bagi pembeli.
e.    Pembeli memiliki informasi yang lengkap

d.   Daya Tawar-Menawar Pemasok
Bila pemasok memiliki daya tawar yang semakin kuat, maka dapat kita katakan semakin kurang menariknya industri. Ini biasanya, terjadi pada industri yang pemasoknya tergolong sedikit, yaitu hanya beberapa perusahaan. perusahaan yang ada dalam industri, relatif tidak memiliki banyak alternatif untuk mendapat pasokan tertentu. Biasanya daya tawar menawar kelompok pemasok kuat jika:
a.    Hanya didominasi oleh sedikit perusahaan, sementara industri pembelinya beragam.
b.    Industri pembeli bukan merupakan pelanggan penting dari kelompok pemasok.
c.    Produk pemasok merupakan input penting bagi pembeli.
Semakin tinggi daya tawar pemasok, maka semakin rendah daya tarik (attractiveness) sebuah industri.

e.    Tingkat persaingan dalam Industri
Tindakan-tindakan perusahaan dalam sebuah industri selalu saling terkait. Strategi-strategi yang dijalankan oleh suatu perusahaan pasti memberi dampak baik atau buruk kepada perusahaan lain sehingga menyebabkan intensitas persaingan menjadi lebih tinggi. Tingkat persaingan ini tidak hanya disebabkan oleh jumlah pelaku yang ada di dalam industri tetapi  juga terpengaruh dari pesaing yang memiliki kekuatan relatif sama baik dari segi pendanaan, kualitas produk, dan lain-lain.